Sabtu, 31 Agustus 2013
Saya menuliskan ini dengan terburu-buru sebelum semua air mata benar-benar memburamkan pandangan saya. Tanpa maksud apa-apa. Hanya sekedar agar kamu dapat belajar banyak dari airmata saya. Nantinya, jangan pernah menjadi perempuan seperti saya. Perempuan yang bahkan takut untuk mengakui perasaanya sendiri.

"Akan ada banyak momen dalam hidup dimana kesempatan menghampirimu. Ketika itu terjadi, genggamlah erat. Karena kamu tidak akan pernah tahu, kapan kesempatan yang sama akan datang" _Yeni

Saya bertopeng terlalu lama, sampai-sampai lupa bagaimana caranya menjadi diri sendiri. Lupa bagaimana mengatakan tak suka kepada sesuatu yang dibenci, lupa cara tersenyum pada sesuatu yang disukai, lupa cara mendahulukan kebahagiaan hati sendiri. 

Memikirkan kepentingan orang lain, kebahagiaan orang lain di atas kebahagian sendiri menjadi makanan sehari-hari. Sampai-sampai senyum orang lain terasa seperti milik sendiri. Hingga akhirnya hati saya lelah. Menolak berbahagia untuk kebahagiaan semu. Hati saya menuntut haknya. Hak untuk betul-betul merasakan kebahagiaanya sendiri. Untuk sekali ini, saya berharap saya terlahir menjadi manusia egois. Untuk sekali ini saya berharap saya mampu meninggalkanmu tanpa rasa bersalah. Harusnya pun, saya tak merasa bersalah bukan? saya tak meninggalkanmu untuk menuju hati yang lain. Saya pergi karena hatimu bukan tempat yang tepat untuk saya tinggali. Hatimu terlampau baik untuk saya. Hatimu membuatmu mampu melakukan hal-hal yang saya rasa tidak akan pernah bisa saya balas seumur hidup saya. Lihat dimana letak salahnya bukan? harusnya dalam sebuah hubungan -hubungan apapun- tak ada pihak yang merasa berhutang budi. Namun, hati saya merasa seperti itu. Hati saya merasa tidak akan pernah mampu menyaingi hatimu. Untuk itu, saya memilih melepaskan. Saya tidak ingin, sepuluh atau dua puluh tahun lagi, saat kamu memandang wajah saya, hatimu tidak merasakan apa-apa lagi selain kebencian. Saya tidak ingin, sepuluh atau dua puluh tahun lagi, saat memandang wajahmu, hati saya hanya merasakan penyesalan.

Maka biarkan malam ini saya menangis, hingga lelah membuat saya tersengal. Hingga tak mampu lagi mata saya berurai air. Hingga letih tubuh mengantarkan saya tertidur, dan setelahnya mari saling memunggungi dengan cara yang baik. Bumi ini bulat bukan? Jika Tuhan berkehendak, jalan lurusmu akan bersimpangan dengan jalan lurusku suatu saat. Semoga....
http://falafu.blogspot.com/search?updated-max=2013-08-11T21:51:00%2B07:00&max-results=3
HakunaMatata's Blog


Makassar, 31 Agustus 2013.
01:00 WITA


Rabu, 07 Agustus 2013

Tuhan di Setiap Harapan Baik Manusia

"Karena Tuhan betul-betul ada di setiap harapan baik manusia"
_Yeni.F

Google
Saya belakangan ini kembali percaya itu. Bahwa harapan baik itu menunggu restu dari Tuhan, entah dengan waktu yang kapan. 
Kamis, 02 Mei 2013
"Ketika kamu hendak memanjat ke atas dengan menginjak orang-orang disekelilingmu,
maka akan berakhir hanya sebatas itulah hidupmu. Tepat dimana kamu saat ini sedang berdiri"
_Yeni.F

Jika seperti itu terus pemaknaanmu terhadap hidup, maka kamu termasuk orang-orang yang merugi. Setiap orang punya cita-cita. Setiap orang punya impian yang dia perjuangkan setiap hari. Setiap orang saat ini sedang bertempur di perangnya masing-masing. Kamu hanya perlu berhenti sejenak untuk memahami itu. Melakukan banyak hal di hidupmu, melewati berbagai macam kesulitan, berkali-kali berada pada posisi yang terkadang memaksamu untuk berjuang sekuat-kuatnya kamu mampu berusaha, dan pada akhirnya masih mampu berdiri tegak harusnya membuatmu lebih mampu memaknai hidup. Mensakralkan perjuangan orang-orang disekelilingmu yang mungkin sama dengan apa yang pernah kamu perjuangkan. Syukur bila kamu cukup kuat untuk membantu, untuk membimbing tangannya karena kamu tahu betapa beratnya berjuang sendirian. Kalaupun kamu tak mampu melakukan itu, setidaknya cobalah untuk membuat saat-saatnya berada disekelilingmu menjadi waktunya untuk sedikit menghela nafas. Menghimpun tenaga untuk kembali berjuang.

Tapi yang kerap terjadi pada manusia adalah kamu mampu berjuang, namun sama sekali tidak mengambil pelajaran dari sana. Semua perjuanganmu tidak menjadikanmu lebih arif. Tidak membuatmu semakin menunduk. Yang ada, kepalamu semakin tegak, meremehkan orang-orang disekitarmu. Bersyukurlah bahwa kamu diberi kemampuan bertahan yang lebih dari yang lain. Bersyukurlah bahwa kamu punya motivasi yang cukup untuk terus bangkit saat nasib menelikungmu hingga tersungkur. Bersyukurlah kamu punya Tuhan yang akan terus menemanimu selama kamu percaya. Bersyukurlah untuk semua hal-hal kecil yang membuat hidupmu lebih berharga. Dan ketika semua itu telah kamu tunaikan, percaya saja kamu akan dengan mudahnya merasakan penderitaan yang lain. 

Berulang kali berbicara mengenai kepercayaan. Sekedar berbicara, ataupun dengan berusaha sedikit mampu menuliskannya, belum tentu membuatmu mampu memaknainya. Semua ucapan, semua tulisan, tidak akan berarti apa-apa bila tidak kamu jadikan nyata. Ditengah semua waktu yang seakan mengejarmu, ditengah perjuangan apapun yang sedang kamu lakukan saat itu, berhentilah sejenak untuk bertanya. Berasumsi tanpa dasar pada orang lain, menyangsikannya tanpa satupun kalimat tanya, mungkin tidak kamu sadari, mungkin wajar bagi anggapanmu, tapi kamu tidak pernah tahu itu mungkin malah menyurutkan semangatnya. Bila tidak mampu memberikan sedikit makna untuk hidup orang lain, setidaknya janganlah membuat semangatnya untuk berjuang pupus.

Banyak hal, banyak kesalahpahaman yang mungkin akan terhindarkan bila masing-masing dari kita mau sedikit berusaha saling memahami. Mencoba berdiri pada tempat yang lain, meski hanya sejenak. Karena, kamu tidak akan pernah benar-benar tahu apa yang masing-masing manusia sedang perjuangkan. :-)
Sabtu, 27 April 2013

A Perfect Ten

"Senyummu? Nilainya sempurna sepuluh"

Terakhir kali mendengar kalimat itu 3 tahun yang lalu.
Dan hey, sampai saat ini masih terus sempurna bertengger diingatan. Tidak bermaksud hidup dimasa lalu. Hanya saja, selalu ada yang menyejukkan setiap kali kalimat dan suara itu terngiang kembali.
Jangan terlampau khawatir tentang saya.
Saya baik. Sebaik bintang, hujan, pelangi dan mentari setahun belakangan ini.
Tapi kamu tahu? menjadi terlalu baik itu membosankan.
Perlu sedikit sakit untuk bisa lebih menghargai bahagia bukan?

Malam ini ada yang mengucapkan kalimat yang sama. Meski hanya lewat pesan singkat,
tetap saja menyentuh dalam.
Selalu seperti itu bukan?
Ada siklus yang berulang di semesta.
Seberapa unik pun sesuatu, akan selalu ada perulangan-perulangan yang entah dari mana, dari siapa.
Siapa sangka 3 tahun kemudian nasib akan memuntahkan kembali kalimat yang harusnya hanya boleh keluar dari mulutmu itu?


Anyway, siapapun yang mengirimkan pesan singkat itu, terima kasih.
Pesan itu menyejukkan hati saya. ^_^
Jumat, 19 April 2013

25 Hal Kecil Tentang Kamu yang Mendekam di Ingatanku

1. Kamu selalu mengawali hari dengan secangkir teh dan beberapa penganan ringan.

2. Apapun hasil yang kamu dapatkan diluar, meski hanya sekotak kue, Kamu selalu membungkusnya pulang untukku.

3. Saat kita masih kanak-kanak, kamu selalu membawaku kemanapun kamu pergi. Bahkan sekarang. Saat kita sudah sebesar ini.

4. Ketika ada hal penting yang terjadi padamu, selain pada Tuhan, kamu selalu membaginya denganku.

5. Kamu lebih senang mengenakan t-shirt dari pada kemeja.

6. Kamu senang menonton film india, sama sepertiku.

7. Kamu lebih senang wanita yang anggun dan keibuan daripada yang cantik.

8. Ketika hendak memilih pacar, orang pertama yang kamu minta sarannya adalah saya.

9. Kamu senang memasukkan bantal guling ke dalam selimutmu saat tidur.

10.Saat kita masih kanak-kanak, kamu senang menggendong saya dipunggungmu untuk kemudian kamu benturkan ke dinding. -_-!

11. Meski selalu berpura-pura cuek, kamu sangat mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain.

12. menurut saya, kamu selalu menjadi yang paling dewasa diantara kita bertiga.

13. Kamu tidak suka dinilai berdasarkan nama keluarga, harta orang tua, ataupun merk pakaian yang kamu pakai.

14. Kamu baru pandai mengendarai sepeda saat kelas satu sekolah menengah pertama.

15. Kamu senang menjadi 'septic tank' teman-temanmu.

16. Kamu shalat cepat sekali, alasanmu karena sudah sangat sering kamu lakukan, jadinya lancar.

17. Kamu selalu berusaha memberikan contoh yang baik buatku.

18. Panggilan kesayanganmu untukku : Blacky. Ketika teman-temanku ikut-ikutan memanggilku seperti itu, kamu melarang. Katamu hanya kamu yang boleh memanggilku seperti itu.

19. Kamu selalu punya berpikir sangat panjang untuk hal-hal urgent dalam hidupmu. Meski kadang karena panjangnya, kamu jadi tidak berbuat apa-apa.

20. Saat kita masih kanak-kanak, kamu sangat benci mengenakan celana pendek.

21. Kamu tidak bisa dan tidak mau mengisap rokok.

22. Kalau kamu marah, telingamu berubah menjadi merah.

23. Ada bekas luka kecil di dahimu yang kamu dapatkan saat bermain bola waktu masih duduk disekolah dasar.

24. Kamu selalu sangat ingin membanggakan orang tua.

25. Kamu kakak paling sempurna yang diberikan Tuhan untuk saya.


Selamat ulang tahun, kakak.
Semoga semua yang terjadi padamu selama 25 tahun hidupmu, membuatmu semakin "Kaya"
Terima kasih, sudah berusaha menjadi kakak dan panutan yang baik buat saya.
Terima kasih untuk Tuhan karena sudah mentakdirkanmu dilahirkan dikeluarga kita.


PS : Meski sudah sebesar ini, untuk kamu, saya masih adik kecil yang akan selalu berbuat salah dan merongrong kesabaranmu. Jangan perah menyerah memberi nasehat dan membuat saya menjadi orang yang lebih baik.
Senin, 01 April 2013

Berani Itu Sederhana

"Keberanian adalah saat kau tahu kau akan kalah sebelum memulai, tetapi kau tetap memulai dan kau merampungkannya, apapun yang terjadi. Kau jarang menang, tetapi kadang-kadang kau bisa menang"
_Harper Lee


Menjadi berani buat saya sampai saat ini selalu diidentikkan dengan sesuatu yang ekstrem. Sesuatu yang dilakukan seseorang ketika yang lainnya memilih untuk tidak melakukannya. Benar-benar, entah dari mana saya mendapatkan gambaran itu. Saya salah menafsirkan berani dengan nekat. :-D


Beberapa hari belakangan, banyak hal yang terjadi yang memutarbalikkan semua yang saya ketahui tentang definisi berani. Saya sedang berada dijalur cepat beberapa saat yang lalu. Semua hal dihidup saya seolah-olah memacu saya untuk menyelesaikan semua dengan cepat dan benar secara bersamaan. Terkadang saya sampai sesak nafas memilih mana duluan yang harus saya selesaikan. Apalagi saya tipe orang yang tidak bisa membiarkan sesuatu yang saya kerjakan, berakhir dengan hasil yang buruk menurut saya. Saya akan berusaha sekuat mengkin menyelesaikan sesuatu yang saya kerjakan sekuat-kuat saya mampu berusaha. Untuk itu, terkadang, saya lebih memilih tidak mengerjakan sesuatu apabila saya tahu saya tidak akan bisa maksimal disana.

Namun, ketika keadaan memaksa saya untuk mau tidak mau harus mengerjakan semua hal, semua tanpa terkecuali harus saya selesaikan dalam waktu yang bersamaan, saat itu saya sadar, bukan bagaimana nanti hasilnya yang membuat segala yang saya kerjakan berarti. Akan tetapi, berani tidak saya memulai tanpa jaminan apa-apa. Berani tidak saya melangkah tanpa tahu di ujung sana apa yang menunggu saya. Ini seperti saya memutukan untuk terjun dari ketinggian tanpa tahu ada tidak yang akan menangkap saya dibawah sana.

Akhirnya, saya memutuskan untuk terjun bebas, untuk mencoba menyelesaikan semua sebisa saya. Entah nantinya akan seperti apa, setidaknya saya sudah mencoba. Begitu pikir saya diawal. Sebisanya saya mencoba menunaikan kewajiban saya sebagai seorang anak, sebagai seorang mahasiswa, sebagai seseorang yang tergabung di organisasi dimana saya memiliki tugas yang mau tidak mau harus saya kerjakan, mencoba tidak menyampingkan peran saya sebagai seorang adik, seorang yang memiliki sahabat, seseorang yang memiliki tuntutan akademis, seseorang yang harus menjadi kebanggan orang tua saya, seseorang yang harus menyelesaikan sesuatu yang dipilih untuk ditekuninya sejak pertama. Ketika semuanya itu digabungkan, terkadang rasanya saya tidak mampu bernapas. 

Akan tetapi, dalam prosesnya, saya sadar, tidak hanya saya yang sedang berjuang. Setiap orang memiliki pertempurannya masing-masing. Pilihannya untuk memulai dan mengakhiri bagaimana harusnya segala sesuatu itu harus berakhir. Hal itu yang membuat saya seolah terbangun. Memikirkan segala sesuatu tanpa melakukan langkah apapun untuk menyelesaikannya tidak akan menjadikan beban itu lebih ringan. Mulailah dengan mengerjakan satu-persatu. Dengan langkah-langkah kecil pada awalnya yang akan membuatmu berlari dan kemudian terbang suatu saat.

Ketika saya sedang berlari kesana-kemari berusaha menyelesaikan segalanya, sesuatu terjadi yang hampir saja membuat langkah saya terhenti. Saya hampir saja memilih untuk mundur. Saya, yang satu-satunya hal yang sangat saya tabukan adalah berbohong, entah dengan alasan apa, entah itu hanya asumsi, atau memang ada hal yang terjadi yang dalam prosesnya membuat orang kehilangan kepercayaan kepada saya. "Dia itu tidak bisa dipercaya. Selalu saja beralasan bila mengerjakan sesuatu". Ah, sampai saat ini pun saya terkadang masih merasa sedemikian kecewanya bila mengingat kata-kata itu. Akan tetapi, terlintas dipikiran saya, orang lain tidak benar-benar tahu apa yang saya hadapi. Orang lain, semirip apapun sesuatu yang pernah terjadi dihidupnya dengan apa yang saya alami, namun tidak akan pernah benar-benar sama. Orang lain, ya orang lain. Dengan proses berpikir dan memandang sesuatu yang tentu saja sangat berbeda dengan saya. Jadi, mengapa saya harus membiarkan penghakimannya kepada saya menjadi sesuatu yang benar-benar nyata? Dia memberi label kepada saya, itu haknya. Dan saya belum tentu sesuai dengan apa yang dia katakan. Saat itu, kakak saya mengirimkan sebaris kalimat yang sedikit melegakan saya.

"Ketika seseorang memberikan penilaian kepadamu, itu sama sekali tidak menunjukkan orang seperti apa kamu, lebih kepada orang seperti apa dirinya"
* * *

Namun tetap saja itu menyakiti hati saya. Saya, selalu saja menghindari memberi label kepada orang lain. Karena saya juga sangat benci dilabeli orang lain dengan seenaknya. Saya sadar, saya tidak akan pernah benar-benar tahu apa yang dia lakukan dibelakang saya. Melihat pun, belum tentu sesuai dengan apa yang orang lain maksudkan. Kita tidak akan pernah benar-benar mengerti alasan orang lain melakukan sesuatu. Saat itu, saya memutuskan menyelesaikan kewajiban saya untuk kemudian memilih mundur. Tenggat waktu seminggu yang diberikan untuk menyelesaikan proyek #kerjakeras, demikian salah seorang senior saya diorganisasi menyebutnya, saya pergunakan sebaik-baiknya untuk menikmati detik-detik terakhir saya berada dilembaga tersebut. Saya berpikir, saya tidak akan sanggup berada di tempat orang-orang, yang harusnya dewasa menurut saya, seenaknya saja memberi asumsi yang melemahkan tekad saya untuk berjuang. Apalagi ketika dia tidak benar-benar tahu apa yang terjadi kepada saya. Proses saya mengkomunikasikan keadaan saya, yang mungkin membuatnya mengambil kesimpulan saya sedang beralasan.

Pada akhirnya, ketika semua kewajiban saya telah terselesaikan, ketika keesokan harinya menjadi hari saya memilih untuk mundur, suatu kebetulan kecil terjadi. Senior saya, pada hari yang sama, memposting sesuatu di blog pribadinya. Sesuatu yang mungkin kecil, dan hanya dilakukan karena iseng, atau entah dengan alasan apa. Namun hal tersebut sedikit menyentil saya. Apa yang saya lakukan mungkin bagi saya kecil, akan tetapi tidak sama halnya dengan anggapan orang lain. Ketika saya menyelesaikan sesuatu yang memang merupakan kewajiban saya, saya tidak menyadari betapa sesuatu yang saya anggap biasa saja itu, dimata orang lain menunjukkan keberanian saya. Menunjukkan kemauan saya untuk berjuang dan menyelesaikan, apapun hasilnya nanti. Postingan itu membuat saya sadar, mengapa saya harus kehilangan keberanian hanya karena orang lain memiliki anggapan yang salah mengenai saya? Mengapa saya harus membiarkan anggapan orang lain menjadi lebih benar dari kenyataan yang saya hadapi sendiri? Towh, dia tidak benar-benar tahu apa yang harus saya hadapi.

* * *
Google

Berani itu tidak seberat saat kamu menaklukkan puncak everest. Berani itu tidak berarti kamu mesti melompati lingkaran api. Berani itu sederhana. Berani itu, ketika kamu memilih memulai sesuatu yang sederhana dan dengan tekun menyelesaikannya hingga akhir. Berani itu, saat kamu tetap bangun dan menghadapi hari yang kamu tahu akan berat dihadapi. Berani berkata tidak kepada sesuatu yang menurutmu tidak benar, meski harus berhadapan dengan mayoritas yang menentangmu. Dan terkadang berani itu, berarti mengakui bahwa kamu tidak selalu bisa. Kamu tidak selalu mampu melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Yang membuatmu menjadi berani bukan apa yang kamu hasilkan, tapi pilihanmu untuk tetap melangkah dan menyelesaikan, apapun hasilnya nanti.

* PS : Untuk postingan kecil yang mengembalikan keberanian saya, terima kasih banyak.Terima kasih untuk tidak membiarkan saya menjadi pengecut dan mundur dari pertempuran yang belum saya selesaikan. Terima kasih untuk tetap menyisakan sedikit kepercayaan kepada saya ketika kenyataan yang tampak, membuat saya berada diposisi yang meragukan. Kumawo.... :-)


Rabu, 20 Maret 2013

What Are Words

Anywhere you are i'm near
Anywhere you go i'll be there
Anytime you whisper my name, you'll see
How every single promise I keep
Cuz whar kind of guy would I be
If I was to leave when you need me most
. . .


Saya tidak pernah mendengar nama Chris Medina ataupun mendengar satupun lagunya sampai beberapa malam yang lalu saya melihat video yang kakak saya share di salah satu akun jejaring sosialnya. Awal mendengar What Are Words, salah satu lagu Chris Medina, saya terpukau dengan kekuatan suaranya, dengan kemampuannya menghayati lagu itu. Belakangan saya tahu ada lagu itu dibuat berdasarkan kisah hidup Chris Medina sendiri.
Chris Medina punya seorang tunangan yang beberapa tahun lalu mengalami kecelakaan yang menyebabkan dia mengalami koma. Dan setelah tersadar hanya bisa duduk di kursi roda akibat luka diotaknya. Tanpa bisa berbuat apa-apa. Tanpa bisa berfungsi seperti manusia pada umumnya. Namun itu tidak menjadikan Chris Medina kehilangan cinta pada wanita yang sangat disayanginya. Chris merawat, memberi motivasi, dan yang terpenting tidak meninggalkannya.
Google


"What kinda guy would I be if I walk out when she need me the most"
_Chris Medina

Setiap orang, pasti berkeinginan bahwa suatu saat dia akan bertemu seseorang seperti itu dalam hidupnya. Semua orang, semua wanita, pasti berharap suatu saat akan mendapatkan lelaki yang mencintainya seperti Chris Medina mencintai Juliana Ramos. Cinta yang bukan hanya sekedar kata-kata. Cinta yang melampaui semua pemahaman dan definisi, cinta yang tidak menuntut balas. Cinta yang setulus-tulusnya cinta. Karena apalagi yang kita cari di dunia kalau bukan itu? Semua kemahsyuran, harta, nama besar, tidak ada apa-apanya dihadapan cinta. Bukankah sejak awal, sejak lahir, Tuhan memberi bekal kita dengan cinta? Cinta yang kita dapat lewat perjuangan ibu menghadirkan kita ke dunia. Cinta yang kite dengar lewat azan yang dibisikkan ayah kita. Saya selalu merasa keajaiban-keajaiban yang terjadi di dunia ini hadir karena cinta. Semua karya penulis besar ada karena dia cinta pada kata-kata. Semua lukisan terkenal, semua penemuan penting, hadir karena penemunya cinta akan apa yang dia geluti. 

Saya jadi berpikir, sudah sebesar ini, apa yang pernah saya lakukan karena saya betul-betul cinta? Apa yang pernah saya lakukan tanpa tendensi apa-apa? Saya mencintai Tuhan saya pun terkadang masih dengan cara yang salah. Saya menunaikan kewajiban karena takut dengan apa yang akan saya dapati bila tidak saya kerjakan. 

Semoga, dari saat ini saya bisa belajar mencintai hal-hal kecil dihidup saya dengan benar. Semoga, semua yang saya lakukan mulai dari saat ini, saya lakukan karena saya betul-betul ingin dan cinta pada apa yang saya lakukan.

Minggu, 10 Maret 2013

T I G A

Three years, and until now it's still you

Tiga tahun bukan waktu yang singkat bila dipakai untuk menunggu. Ya, saya sedang menunggu. Menunggu entah apa. Mungkin menunggu tiba suatu saat saya akan benar-benar rela. Rela kamu hilang.

Saya bukannya marah, tetapi menjadi pihak yang ditinggalkan tidak pernah menyenangkan. Saya harus mengenang sendiri, harus melupakan sendiri pula. Satu demi satu. Terkadang ada hari dimana saya terbangun dan lupa dekik saat kamu tersenyum itu ada di sisi mana. Kiri atau kanan. Dulu, melupakan sesuatu yang kecil tentangmu terasa sangat menakutkan.  Tapi sekarang, tidak begitu menakutkan lagi. Sedikit mengganggu memang. Kamu juga pasti tak mau hari-hari saya dihabiskan untuk mengenang bukan?

Tiga tahun saya tanpamu tidak berlalu sia-sia. Saya punya keluarga baru. Saya punya banyak hobi baru. Saya punya sangat banyak teman-teman baru. Meski sampai saat ini saya masih sering tersesat, thanks to you for that. 

Selamat istirahat.
Jangan khawatir, saya dibawah sini masih baik-baik saja.
Rabu, 27 Februari 2013

Mencubit Diri Sendiri


Int
"Nak, berhenti mempersoalkan perbuatan orang lain yang kamu anggap salah. Pastikan dulu perbuatanmu lebih baik, bila hendak menegur yang lain."
_Mama
Kamis, 21 Februari 2013

Sea, Cotton Candy, and A Piece of Thank you

"Don't end up falling in love like me
Because if this laughter, this mischief, this abusive language, stops
This world will surely loosing something"
_Samar Anand
Rabu, 06 Februari 2013

Selamat Ulang Tahun yang Harusnya Sampai Tiga Hari yang Lalu

 *Asnianti Sirza 



Ini semua tentang seorang wanita dan kisah miliknya sendiri
Kisah yang biasa
Tak ada penyihir dan kuda bertanduk disini
Meski sesekali sang pengeran berkuda putih membayangi dari kejauhan
Jumat, 25 Januari 2013

ZERO IS WHERE EVERYTHING STARTS. ISN'T IT?









Titik nol. Berulang kali mendengar istilah itu, berulang kali melihat orang-orang yang mengaku sedang berada dititik itu. Dan sekarang nasib membawa saya ke titik itu. Titik dimana saya merasa tidak punya apa-apa. Titik dimana siapa pun yang saat ini menggenggam tangan saya serasa tak punya arti apa-apa.
Selasa, 15 Januari 2013

Setia Itu Pekerjaan yang Baik, Kak!

Saya selalu berpikir pada dasarnya manusia itu terlahir sebagai makhluk monogami. Bahkan mungkin monogami itu tertanam di dalamnya gennya seperti pada Crustasea. Buktinya, Adam dan Hawa berpasangan bertahun-tahun tanpa pernah tercatat dalam sejarah bahwa Adam, ataupun Hawa ada yang pernah berselingkuh. Bahkan versi berbeda yang saya dapatkan dari kisah ini menyatakan bahwa ular dalam legenda mencintai hawa, oleh karenanya memutuskan untuk menggoda pasangan ini karena cemburu.Namun, tidak pernah tercatat bahwa Hawa tergoda bukan? dia tetap teguh pada Adam, mengikutinya meskipun harus menderita di Bumi.
Sabtu, 05 Januari 2013

"Teach me how to love You more"

"Surrender me in the agony of Your love
Teach me how to love You more"
_Cin(T)a
 

Google



Saya lupa diri beberapa hari ini. Lupa bersyukur, lupa berterima kasih.