|  | 
| Int | 
_Mama
 Mencubit
 diri sendiri. Itu yang selalu ibu saya ingatkan ke saya. Sejak kecil 
saya sebenarnya hobi sekali berbicara. Tidak ada yang menandingi 
kecerewetan saya dirumah. Terlahir sebagai satu-satunya makhluk berjenis
 kelamin perempuan dikeluarga, selain ibu saya tentunya, membuat saya 
lebih bebas berceloteh. Mengomentari ini itu. Paling banter kalau kakak 
saya bosan mendengar saya berceloteh tidak karuan, dikurungnya saya 
dikamar. 
Sampai
 suatu hari, mungkin bosan mendengar saya mengomentari ini-itu, 
sedangkan perbuatan saya sendiri tidak karuan, ibu saya menegur "Nak,
 berhenti mempersoalkan perbuatan orang lain yang kamu anggap tidak 
benar. Pastikan dulu perbuatanmu lebih baik, pastikan dulu kamu tidak 
akan melakukan kesalahan yang sama, bila hendak mengomentari orang 
lain." Saya terdiam memndengar perkataan ibu saya. Lama saya 
memikirkan apa yang ibu saya katakan. Entah mengapa dari beribu nasehat 
yang diberikan ibu saya, nasehat itu yang paling tertanam di benak saya.
 Sejak saat itu, bila melihat sesuatu yang menurut saya tidak benar, dan
 keinginan untuk berkomentar muncul, saya selalu mengembalikan ke diri 
saya sendiri, lebih baik kah saya dari orang lain? tidak pernahkah saya 
melakukan kesalahan yang sama? Bisakah saya menjamin suatu saat saya 
tidak akan melakukan hal yang sama pula?
Mencubit
 diri sendiri. Ajaran ibu saya yang sampai saat ini terus saya coba 
terapkan. Bukan hal yang mudah mencoba menahan diri dari mengomentari 
sesuatu yang salah menurut hati maupun logika kita. Saat melihat orang 
lain sibuk berkomentar ini itu, menegur sana-sini, tanpa memperhatikan 
perbuatannya sendiri, kadang saya gemas sendiri. Tapi tidak semua orang 
mendapat pelajaran yang sama bukan? Tidak gampang diam saat melihat 
orang lain melakukan sesuatu yang menurut kita salah. Namun kadangkala 
saya tidak tahan juga. Keinginan untuk mengomentari kadang muncul begitu
 kuatnya. Mungkin sudah seperti itu tabiat manusia, lebih gampang 
mencari-cari kesalahan orang lain, dari pada membantunya memperbaiki 
yang salah. Kalau sudah tidak tertahankan kejengkelan saya, 
paling-paling orang-orang di sekitar saya yang jadi sasaran. Tidak 
terhitung orang-orang terdekat jadi target gigitan saya. Menggigit orang
 lain memang menjadi pelarian saya. Mau bagaimana lagi, saya kan masih 
manusia biasa, masih bisa merasakan kejengkelan yang amat sangat. :D
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks for your caring..... :)