Sudah berbulan-bulan belakangan, saya tak kenal kamu lagi. Saya tak kenal kamu yang hilang fokus. Yang kerap melalui malam dengan mata nyalang, enggan terpejam. Kamu yang bersembunyi dibalik tawa, dibalik senyum tak tulus. Ah, saya sungguh tak kenal kamu yang sekarang.
Kerap, ditengah tawa saya mendapati matamu berkaca-kaca. Nafasmu tertahan sejenak, lalu keluar dalam hembus yang keras. Mencoba melegakan hatimu, pikirku. Sering pula, kau saya dapati duduk menekuri buku. Berlama-lama, tak selembarpun kau balik. Kebiasaan buruk lamamu kembali agaknya. Bersembunyi di balik tameng buku-buku yang selalu tak luput kau bawa kemana-mana.
*
"Bukan, aku bukan bermaksud bijak, aku hanya ingin bilang, aku tahu rasanya disakiti hingga nafas tercuri ke dasarnya. Kamu tahu sesuatu? hidup ini indah ketika kita bisa melihat sesuatu dari persepsi berbeda. Aku bertahan hidup, belajar menjadi lebih baik, semoga kamupun begitu. Kawan"
~Fiersa Besari
Sesakit itukah hatimu? Seterluka itukah? Hingga tak seperti biasa, tak kau bunyikan keluar. Kali ini, kau lebih memilih diam. Diam yang tak mendamaikan. Diam yang penuh beban. "Doakan aku, agar semuanya dapat kembali baik," pintamu, kerap kali. Apa yang mesti saya doakan? Bukankah kamu dan aku sama-sama tahu, sama-sama menerima, bahwa hidup adalah kesepakatan antar roh di alam sana, yang terjadi kemudian adalah eksekusi kontrak yang telah disepakati sebelumnya.
Kembali menapak dengan kuat, kamu. Meski kadang terlihat rapuh, angin-anginan, saya tahu kamu punya hati yang kuat. Keputusan yang terlanjur kau cetuskan? Bukankah hanya waktu yang mampu membuktikan. Bilapun salah, setidaknya ada yang dapat kau pelajari dari sana.
Jadilah kuat.
Dengan sayang,
hatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks for your caring..... :)