Rabu, 20 Maret 2013

What Are Words

Anywhere you are i'm near
Anywhere you go i'll be there
Anytime you whisper my name, you'll see
How every single promise I keep
Cuz whar kind of guy would I be
If I was to leave when you need me most
. . .


Saya tidak pernah mendengar nama Chris Medina ataupun mendengar satupun lagunya sampai beberapa malam yang lalu saya melihat video yang kakak saya share di salah satu akun jejaring sosialnya. Awal mendengar What Are Words, salah satu lagu Chris Medina, saya terpukau dengan kekuatan suaranya, dengan kemampuannya menghayati lagu itu. Belakangan saya tahu ada lagu itu dibuat berdasarkan kisah hidup Chris Medina sendiri.
Chris Medina punya seorang tunangan yang beberapa tahun lalu mengalami kecelakaan yang menyebabkan dia mengalami koma. Dan setelah tersadar hanya bisa duduk di kursi roda akibat luka diotaknya. Tanpa bisa berbuat apa-apa. Tanpa bisa berfungsi seperti manusia pada umumnya. Namun itu tidak menjadikan Chris Medina kehilangan cinta pada wanita yang sangat disayanginya. Chris merawat, memberi motivasi, dan yang terpenting tidak meninggalkannya.
Google


"What kinda guy would I be if I walk out when she need me the most"
_Chris Medina

Setiap orang, pasti berkeinginan bahwa suatu saat dia akan bertemu seseorang seperti itu dalam hidupnya. Semua orang, semua wanita, pasti berharap suatu saat akan mendapatkan lelaki yang mencintainya seperti Chris Medina mencintai Juliana Ramos. Cinta yang bukan hanya sekedar kata-kata. Cinta yang melampaui semua pemahaman dan definisi, cinta yang tidak menuntut balas. Cinta yang setulus-tulusnya cinta. Karena apalagi yang kita cari di dunia kalau bukan itu? Semua kemahsyuran, harta, nama besar, tidak ada apa-apanya dihadapan cinta. Bukankah sejak awal, sejak lahir, Tuhan memberi bekal kita dengan cinta? Cinta yang kita dapat lewat perjuangan ibu menghadirkan kita ke dunia. Cinta yang kite dengar lewat azan yang dibisikkan ayah kita. Saya selalu merasa keajaiban-keajaiban yang terjadi di dunia ini hadir karena cinta. Semua karya penulis besar ada karena dia cinta pada kata-kata. Semua lukisan terkenal, semua penemuan penting, hadir karena penemunya cinta akan apa yang dia geluti. 

Saya jadi berpikir, sudah sebesar ini, apa yang pernah saya lakukan karena saya betul-betul cinta? Apa yang pernah saya lakukan tanpa tendensi apa-apa? Saya mencintai Tuhan saya pun terkadang masih dengan cara yang salah. Saya menunaikan kewajiban karena takut dengan apa yang akan saya dapati bila tidak saya kerjakan. 

Semoga, dari saat ini saya bisa belajar mencintai hal-hal kecil dihidup saya dengan benar. Semoga, semua yang saya lakukan mulai dari saat ini, saya lakukan karena saya betul-betul ingin dan cinta pada apa yang saya lakukan.

Minggu, 10 Maret 2013

T I G A

Three years, and until now it's still you

Tiga tahun bukan waktu yang singkat bila dipakai untuk menunggu. Ya, saya sedang menunggu. Menunggu entah apa. Mungkin menunggu tiba suatu saat saya akan benar-benar rela. Rela kamu hilang.

Saya bukannya marah, tetapi menjadi pihak yang ditinggalkan tidak pernah menyenangkan. Saya harus mengenang sendiri, harus melupakan sendiri pula. Satu demi satu. Terkadang ada hari dimana saya terbangun dan lupa dekik saat kamu tersenyum itu ada di sisi mana. Kiri atau kanan. Dulu, melupakan sesuatu yang kecil tentangmu terasa sangat menakutkan.  Tapi sekarang, tidak begitu menakutkan lagi. Sedikit mengganggu memang. Kamu juga pasti tak mau hari-hari saya dihabiskan untuk mengenang bukan?

Tiga tahun saya tanpamu tidak berlalu sia-sia. Saya punya keluarga baru. Saya punya banyak hobi baru. Saya punya sangat banyak teman-teman baru. Meski sampai saat ini saya masih sering tersesat, thanks to you for that. 

Selamat istirahat.
Jangan khawatir, saya dibawah sini masih baik-baik saja.