Harusnya. . .
Seharusnya banyak kewajiban yang mesti saya tunaikan. Namun, seperti beberapa hari yang lalu, saya hanya berdiam di kamar. Betah memandangi dinding putih, sesekali beralih pada baris-baris buku yang saya tumpuk saja disamping bantal, tak usai terbaca.
Beberapa hari ini, saya kembali perlu obat untuk mengantar paksakan lelap. Beberapa hari ini saya sedang tak menjadi anak yang baik, sahabat yang pengertian, pelajar yang seharusnya.
Beberapa hari ini, saya menjadi manusia yang sia-sia, manusia tak bermanfaat.
Beberapa hari ini.... Saya....
Beberapa hari yang terlewat sia-sia sejak pekik ramai orang, serta cemerlang kembang api mengawali tahun. Lembaran yang baru, seharusnya. Tetapi telah beberapa tahun saya begitu tidak menyukai awal penanggalan masehi. Tidak menyukai hal-hal yang terbawa kenangan pada hari itu tepatnya.
Lagi-lagi, otak kiri saya memproses alasan. Membenarkan perilaku diri. Harusnya yang kanan, yang mencari solusi. Solusi masalah mungkin. Masalah? Ada masalah, atau kamu yang mendefinisikan keadaan sebagai masalah?
"Ini sudah 2014, masa kamu masih begini saja?"
Iya. Saya masih seperti ini. Memikul beban setahun kebersamaan seperti Atlas memanggul langit.
Begitu merasa berat. Begitu merasa tersiksa. Begitu merasa Tuhan tak adil.
Dimana tak adilnya Tuhanmu, Yeni?
Diingatkan-Nya kau bila lupa. Dituntun bila tersesat.
Masih selalu ada jalan kembali.
Masih selalu ada kesempatan memulai.
Masih selalu dapat kau mengadu bila suatu saat nasib menelikungmu jatuh, sekali lagi.
Masih selalu ada janji yang mampu kau tepati.
Napasmu masih berhembus kan?
Jadilah kuat!
Ingat, Sintha menerobos hutan, bertahun-tahun terusir, terfitnah, bertahan hanya dengan satu rapalan "Semua akan baik-baik saja. Saya pasti kuat"
Bangun kembali. Tunaikan apa yang masih berupa janji. Kamu pasti bisa. Kamu pasti kuat. Karena, semua akan baik-baik saja!
Semoga.
Makassar, 8 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks for your caring..... :)