Jumat, 07 Desember 2012

Hope For Change

Int
Saya sedang cengeng beberapa hari ini. Menangis sendiri ketika membaca buku yang sedih, tiba-tiba berurai air mata ketika tokoh dalam film yang saya tonton dilanda kesusahan. Lucu mungkin bila ada yang melihat saya. Tapi meski sudah sebesar ini, saya tetap anak perempuan yang masih selalu rindu pelukan ibunya.
Masih anak perempuan yang mengadu ke ayahnya bila ada anak laki-laki yang mengganggunya di kampus.

Saya selalu tak pernah pandai menangis di depan orang lain. Seberapapun sedihnya keadaan di depan saya, saya selalu tak bisa dengan mudahnya berurai air mata di depan orang-orang. Mungkin karena saya anak perempuan satu-satunya di keluarga. Dikelilingi banyak laki-laki membuat saya mau tidak mau harus berusaha tegar. Menangis buat saya merupakan momen pribadi yang hanya saya sendiri yang boleh tahu ketika itu terjadi.

Mungkin  akhir-akhir ini hati saya lelah menjadi tegar. Hati saya butuh pelepasan. Untuk itu saya biarkan saja ketika air mata saya tiba-tiba bercucuran. Saya belajar menghargai diri sendiri. Menghargai keinginan hati saya. Saya sadar saya tidak bisa selalu dalam keadaan baik untuk menahan semua masalah yang mau tidak mau harus di hadapi dalam perjalanan hidup. Saya sedikit cerdas belakangan ini. :D

"When we hit our lowest point, we are open to the greatest change"
_Avatar Aang

Ya. Saya merasa sedang berada di titik terendah saat ini. Saya tidak tahu kemana nasib sedang menggiring saya. Ketika dalam keadaan seperti ini, saya selalu ingat nasehat yang diberikan kakak saya, bahwa ketika nasib membawa mu dalam sebuah masalah yang sangat besar, saat itu sebenarnya nasib memutuskan sudah saatnya kamu naik tingkat, saatnya kamu menjadi pribadi yang lebih baik. 

Saat-saat seperti ini selalu membuat saya kembali bersyukur punya keluarga seperti keluarga saya. Ayah saya mungkin bukan Presiden, tapi dia bisa memerintah "negara" kecilnya dengan baik. Sampai saat ini, saya masih selalu memegang keyakinan kanak-kanak saya, bahwa tak ada yang tidak bisa dilakukan oleh ayah saya. Ibu saya yang lembut, namun bisa sangat keras ketika saya menyimpang dari standar moral yang dia tetapkan. Kakak pertama saya yang lucu, yang meski saat ini telah berkeluarga masih selalu mengejar-ngejar saya dijalanan. Kakak kedua saya yang bijaksana, yang mengumpulkan semua kedewasaan diantara kami bertiga agar saudaranya yang lain bebas bertingkah kekanak-kanakkan. Saya rindu mereka semua.

Tapi manusia pada dasarnya adalah makhluk yang kuat bukan ? Maka dari itu saya tidak akan mengkhianati kodrat saya. Saya boleh saja menangis ketika saya terpuruk. Saya lebih dari boleh untuk mengharapkan dukungan dari keluarga saya. Namun itu tidak menjadikan saya boleh terus duduk diam meratapi apa-apa saja yang terjadi. Saya tidak pernah diajarkan menjadi orang seperti itu. Saya diajarkan menjadi manusia yang ketika segala sesuatunya hancur, yang harus saya lakukan adalah memungut sisa-sisa kehancuran dan membangun yang baru dari itu.

Saya pasti bisa! Avatar Korra saja bisa.... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for your caring..... :)